Tahukah Anda bahwa Kota Modern Pertama dibangun oleh orang-orang Muslim?

Pengetahuan Islam


Al-Islam

Senin, 04 Mei 2009

httpv://www.youtube.com/watch?v=IwTPJZ5

Senin, 27 April 2009

Mengenal Rasul

Suatu malam tahun 1974, Lia Aminuddin sedang duduk santai bersama salah seorang adik iparnya, Doktor Rosmini, di teras rumahnya, di Jalan Mahoni 30, Kawasan Senen, Jakarta Pusat. Tiba-tiba, dari langit melesat sebuah benda bulat berwarna kuning ke arahny. Benda itu berputar-putar dan berhenti di depannya, lalu menuju ke arah Lia. Dan ketika berada di atas kepalanya, benda  aneh itu lenyap.
Dua puluh empat tahu kemudian, tepatnya 18 Agustus lalu, Lia menggegerkan umat Islam. Sebab, ia mengaku dibai'at oleh malaikat Jibril sebagai Imam Mahdi. Tak hanya itu, anaknya yang bernama Ahmad Mukti juga dibai'at sebagai Nabi Isa. Dan benda bulat yang dilihatnya pada tahun 1974 itu, menurutnya, tak lain adalah malaikat Jibril yang membai'atnya. Terdengar aneh dan masuk akal, memang.
(Dikutif dari majalah mingguan Gatra No. 42 Tahun IV. 5 September 1998, halaman 25)
Fenomena diatas sungguh sangat mengagetkan, bagaimana tidak? Lia Aminuddin mengklaim dirinya sebagai penyampai "takdir" dari Alloh melalui para Rasul, yang terakhir Nabi Muhammad. Ia mengaku sebagai "reinkarnasi" dari Maryam dan mengangkat anaknya sebagai Nabi Isa? Apakah semudah itu? Bagaimana tersebut ditinjau dari aqidah Islam?

Mengenal Keagungan Alloh

Yusuf Islam, yang dulu dikenal sebagai Cat Steven, penyanyi top Inggris era 70-an, pada usia 18 tahun telah merampungkan 8 kaset rekaman. Ketika berada di puncak karir, perasaan gundah dan takut jatuh mulai menghantuinya. Kebahagiaan yang dijanjikan harta dan popularitas tak kunjung tiba. Sementara konsep ke-Tuhanan yang diajarkan agamanya tidak mampu mengantarkannya kepada ketenangan batin.
Dalam suasana hati yang serba tidak menentu, ia mulai mencari jalan kedamaian. Budhisme dan falsafah Cina adalah pintu pertama yang ia ketuk. Tidak puas. Ia pun beralih ke paham komunis. Kembali tidak puas. Sebab menurutnya konsep ini tidak sesuai dengan fitrah manusia. Hingga akhirnya pada tahun 1975 ia dihadiahkan Al-Quran oleh kakak kandungnya. Melalui jalan inilah ia mendapat hidayah Alloh. Ia pun bertaubat dan menjadi muslim bahkan aktif memperjuangkan Islam di Eropa, khususnya di Inggris.
Di Indonesia kita mengenal beberapa orang yang mempunyai pengalaman hampir sama. Yang membedakan salah seorang di antaranya sudah muslim sebelumnya, meski dalam setiap pentasnya selalu mengucapkan salam, baca ayat kursi dan tidak meninggalkan shalat, namun tetap merasakan takut dan resah, ada something wrong dalam dirinya, ia merasa dirinya sombong kepada Alloh (Ishlah, No. 83 Tahun IV, September-Oktober 1997 hal. 13).

Minggu, 26 April 2009

Memahami Makna Syahadatain

Rasululloh pernah pada suatu saat mengumpulkan kaum kerabatnya dari Quraisy di Bukit Shaffa. Ketika ditawarkan kepada mereka satu kalimat yang dengannya mereka akan menguasai dunia, mereka mengatakan, "Jangankan satu, sepuluhpun kami mau". Namun ketika mereka diajak kalimat syahadat, serta merta mereka menolak dan mencaci Rasululloh SAW. Suatu ketika seorang sahabat mendakwahkan kalimat syahadat ini kepada sekelompok orang Baduy, jawab mereka, "Ini adalah kalimat yang dibenci para Raja". Dan sebagian lagi menjawab, "Kalimat ini akan membuat para pengikutnya diusir dari kampung halamannya sendiri". Kisah kabilah lain ketika diajak pada kalimat syahadat, mereka menjawab, "Kami telah mengikat perjanjian dengan Kabilah Bani Syaiban". (Dikutif dari Kitab Thoriiqud Dakwah, Sayyid Quthb).
Begitulah reaksi yang datang dari mereka yang diajak kembali kepada kalimat fitrah ini. Sebuah reaksi yang menunjukkan bahwa mereka faham dan mengerti betul hakikat dan konsekuensi apa yang tersurat dan tersirat dalam kalimat syahadat. Apa konsekuensi yang mereka dapatkan jika ingin menjadi barisan pendukung kalimat ini? Dari pemahaman inilah mereka mengambil keputusan menerima atau menolak. Menerima dengan sepenuh hati tanpa penawaran ataupun syarat tertentu.
Suatu kalimat yang mulia dan agung yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai kalimat Thayyibah adalah kalimat yang senantiasa akrab dengan lisan seorang muslim. Setiap saat melakukan shalat kita kembali menegaskan komitmen kita untuk taat kepada-Nya melalui kalimat ini. Dengan kalimat ini pulalah kita dapat membedakan antara seorang Abu Jahal yang lahir dan fasih berbahasa Arab menolak ajaran Rasul dengan tetap bertahan sebagai seorang kafir. Sebaliknya adapula Hamzah, Khalid bin Walid, Abu Sofyan, hingga seorang Cat Steven, musisi Inggris yang setelah bersyahadat menjadi Yusuf Islam, atau seorang Margareth Marcus mantan Yahudi menjadi Maryam Jameelah setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Demikian kalimat thayyibah yang digambarkan dalam Al-Quran yang tiada lain adalah kalimat syahadat. Kalimat yang memiliki nilai-nilai luhur dan keagungan yang tinggi yang tidak bisa disamakan dengan kalimat-kalimat yang lain. Sebagaimana Firman Alloh dalam QS. At-Taubah:40
        
"...dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana";


Sabtu, 25 April 2009

Islam Jalan Kami

Seorang muallaf muslim Austria, Ali Kauffman, mengungkapkan : "...Islam itu agama yang benar, yang disayangkan, jarang sekali orang peduli terhadap agamanya. Di lain pihak, orang-orang non muslim sangat memegang teguh agamanya, padahal agama mereka lemah dan salah. Tetapi mereka bersungguh-sungguh dalam menyebarkan agamanya. Sedangkan hukum-hukum islam benar dan harta benda yang dimiliki umat islam pun banyak, namun dalam mensyiarkan islam di Eropa umat islamnya kurang bersungguh-sungguh. Ini yang membedakan sekaligus menyedihkan." (Dialog dengan Muslim Eropa, DR. M. Qodari Ahdal).
Ungkapan tersebut seharusnya dijadikan bahan renungan bagi kita semua, umat Islam. Sungguh fakta inilah yang terjadi pada kita. Umat Islam mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupannya, keterbelakangan teknologi, dan ditindas dimana-mana, seperti di Bosnia, Kosovo, Palestina, Ambon, Aceh, dan di belahan dunia lainnya. Menjadi mayoritas ditindas apalagi menjadi minoritas.

Mengapa hal ini terjadi? Padahal Alloh telah memuliakan kita dengan Islam, agama yang paling tinggi dan mulia. Sayang yang terjadi umat islam lebih suka mengekor budaya-budaya agama lain yang jelas-jelas menyesatkan dan menjauhkannya dari Alloh. DR. Ahmad Abdurrahman menjelaskan di dalam bukunya Ghozwul Fikri, bahwa kemunduran dan kehancuran umat islam disebabkan dijauhkannya umat islam dari Al-Quran dan Sunnah Rasululloh SAW.